Senin, 11 Juli 2011

Dia Milik SahabatKu


Aku juga tak pernah berharap mencintainya Rul, rasa ini begitu aja muncul.

Yach....gadis itu Rul....

Kau kenalkan padaku sebagai tunanganmu. Kau tau Rul...? aku mencintainya pada awal perkenalan itu, dan aku pendam dalam-dalam mengingat persahabatan kita yang indah.

Tapi si jahat dalan hatiku bilang padaku.

"Ryan, berdoalah agar Irul tiba-tiba memutuskan hubungannya dengan Hesti", atau terkadang ia berbisik lagi dihatiku " Ryan, berdo'alah agar Irul cepat-cepat dikirim kemedan perang, dan gugur disana sebagai pahlawan, dengan seperti itu kau bisa menggantikan posisinya dihati Hesti"

Irul merasakan tubuhnya menegang dan lidahnya kelu. Tidak mungkin, tidak mungkin Ryan mencintai Hesti. Yang jelas-jelas sudah tau Hesti tunangannya. Ingin sekali rasanya Irul tak percaya apa yang tengah dia dengar sedetik lalu. Mungkin jika ini orang lain yang menyampaikan, tak akan sepotong katapun Irul percaya. Tapi…tapi…ini dari mulut Ryan sendiri. Darah Irul seakan tercekat tak mau mengalir, merasakan hatinya yang terkoyak pengakuan Ryan.

“ Kamu serius dengan apa yang kamu sampaikan Yan?” suara Irul bergetar, penuh harap semoga ini hanya lelucon Ryan.

Ryan menatap Irul penuh penyesalan, rahasia yang selama ini telah dia pendam dalam-dalam kini telah menghancurkan hati sahabatnya. Irul semakin mematung. Suaranya pun masih tertahan di tenggorokan. Tak ada kekuatan rasanya untuk menyampaikan bahwa itu hal yang benar. “Aku benar-benar mencintai Hesti Rul, sangat mencintainya. Sangat menginginkannya, sangat mendambanya. Ma’afkan aku sahabat. Aku telah diam-diam mencintai tunanganmu.” Suara Ryan hanya mampu terdengar oleh hatinya.

Irul semakin tak mengerti dengan kediaman Ryan. Ia hanya bisa menerka, bisa jadi ini benar namun bisa jadi ini hanya lelucon Ryan. Tapi jika ini benar apa yang akan dia lakukan?. Matanya berkilat menahan kekesalan hatinya. Sahabat yang dianggapnya lebih dari saudara, berani menghianatinya, bereani mencintai orang yang benar-benar dan sangat ia cintai. “ Ryan, Hesti itu milikku. ” pekiknya dalam hati.

Ha…ha..ha…! Suara tawa Ryan memecahkan gumpalan kekesalan Irul. Irul terlihat menatap Ryan yang tertawa, getarannya terlihat memaksa. Ia pun tersenyum tipis melihat tingkah sahabatnya. Ia tau tawa itu palsu, ia tau tawa Ryan bukan seperti itu. Dan ia tau Ryan tak pernah membuat lelucon sejauh ini.

“ Rul, aku Cuma bercanda. Gak mungkin lah aku menghancurkan kisah cinta sahabat baikku. Gak mungkin lah aku mencintai tunanganmu. Aku tau diri Rul, kamu lebih pantas untuk Hesti.” Ryan berusaha menutupi isi hatinya, menutupi jika dia mencintai Hesti. Tapi tetap saja, segala kata yang dia lontarkan terkesan lebih meyakinkan bahwa ia mencintai Hesti.

Irul mengangguk berat. Dalam hatinya yang paling dalam ia masih tak percaya. Perkataan Ryan diakhir kalimat meyakinkan ia benar mencintai Hesti. Irul mengerti, sahabatnya ingin menutupi karna tak mau ia kecewa. “ Syukurlah Yan, kalau itu hanya leluconmu saja. Hampir terkejut setengah mati aku mendengarnya. Kamu kan tau aku sangat mencintai Hesti”. Ryan tersenyum melihat sahabatnya.

Syukurlah Irul tak menganggap hal ini serius. Pikir Ryan. Paling tidak ia lega telah menyampaikan hal itu tanpa merusak persahabatannya.

* * *

Diam-diam Irul memikirkan tentang hubungannya dengan Ryan dan Hesti.

Aku juga tak pernah berharap mencintainya Rul, rasa ini begitu aja muncul.

Yach....gadis itu Rul....

Kau kenalkan padaku sebagai tunanganmu. Kau tau Rul...? aku mencintainya pada awal perkenalan itu, dan aku pendam dalam-dalam mengingat persahabatan kita yang indah.”

Kata-kata Ryan tergambar jelas di benak Irul. Tak pernah sedetik pun kata-kata itu eyah dalam ingatannya. Ryan…tau kah engkau, aku tak sanggup melihat kau terluka melihat aku menikah dengan Hesti, namun aku pun tak sanggup meninggalkan Hesti. Aku sangat mencintainya Yan. Andai saja aku bisa melakukan sesuatu agar kamu bisa merasakan cinta yang tumbuh dihatimu.huff…ma’afkan aku Ryan aku tak sanggup, sungguh aku tak sanggup meninggalkan Hesti. Andai saja Hesti juga mencintaimu, demi Allah aku merelakannya untukmu. Karna aku yakin Hesti lebih bahagia bersama orang yang dicintainya. Sayangnya, Hesti mencintaiku Yan. Dan mau gak mau aku harus merelakanmu terluka. Aku yakin kamu akan mendapatkan cintamu yang sebenarnya. Hesti cintaku Ryan. Dia miliku seutuhnya….!

Pikiran Irul semakin kalut, rasa takut kehilangan, rasa takut melukai sahabatnya bercampur megoyak dalamnya relung hatinya. Terasa sesak, kepalanya terasa berat.

Dalam benaknya, muncul wajah Hesti. Wanita yang dicintainya sejak dua tahun lalu. Wanita yang kini tengah dicintai sahabatnya pula. Wanita yang menyita seluruh ketakutannya. Wajah itu kini berubah menjadi Ryan. Sahabat yang sangat baik baginya. Sahabat yang sering berkorban untuknya. Sahabat yang slalu membantunya ketika dia kesulitan. Dan kini sahabat yang juga mencintai wanita yang sama. Wajah itu begantian menjelma di benaknya.

Irul menghempaskan tubuh di atas tempat tidurnya. Kepalanya benar-benar lelah saat ini. Dengan sisa tenaga, ia menyalakan MP3 dari Hand Phonenya.

Tears of hope run down my skin

Tears for you that will not dry

….

Belum saja lagu Josh Groban with Remember when it rained selesai mengalun, alam sadar Irul melayang lelap ditidurnya.

* * *

“Ryan, masih ingatkah dulu ketika kita berada di Lampung 15 tahun lalu, di danau kecil tempat kita tiap sore duduk menikmati matahari terbenam. Kamu masih ingat ketika kamu akan pergi ke Jakarta, kamu membuatkan aku cincin dari rumput bunga yang kamu pakaikan di jari manisku? Dan yang paling aku ingat kamu bilang sama aku ‘ Hesti, kalau kita sudah besar nanti. Aku akan pakaikan cincin sungguhan dijari manismu. Aku akan menikahimu’. Hingga akhirnya aku menyusulmu ke Jakarta. Selama satu tahun aku di Jakarta tidak menemukanmu. Ku fikir kamu telah melupakan aku. Atau mungkin kamu telah menikah dengan orang lain. Itu pikirku waktu itu. Hingga aku bertemu dengan Irul, aku merasa di perhatikan olehnya. Dan dia bilang sangat mencintaiku. Aku pikir tidak ada salahnya, membuka hati untuknya. Mungkin ini jalan Tuhan mempertemukan kita kembali. Tapi kenapa, kenapa Tuhan mempertemukan kita saat sulit seperti ini?. Haruskah aku menikah dengan orang yag tidak aku citai Yan. Aku mencintai kamu, bukan Irul. Bebaskan aku.” Ucapan hesti berakhir berat.

Ryan memegang erat tangan Hesti. Seakan memberi kekuatan padanya. Ditatapnya mata Hesti dalam-dalam. “ Hesti, aku tak pernah melupakan hal itu. Sampai detik ini pun aku masih mencintaimu. Sampai kapan pun. Seandainya Irul bukan sahabatku. Kamu pasti sudah kurebut darinya. Aku tidak bisa Hes, tidak bisa. Irul sahabat baikku. Aku yakin dia lebih bisa membahagiakanmu. Dia lebih bisa menjagamu. Aku memang terluka melihatmu dengan Irul, tapi paling tidak aku bahagia masih bisa melihatmu.”

“ Haruskah cinta kita dikorbankan untuk persahabatan kalian? Haruskah cinta kita tidak bisa bersama untuk selamanya? Haruskah cinta kita hanya cerita masa kecil kita?. Lihat ini Yan…”. Hesti mengeluarkan cincin dari kotak di tasnya yang terbuat dari rumput bunga. “ lihat ini Yan, aku masih menyimpannya. Ku simpan penuh harapan, suatu saat kau akan datang membawakan cincin sungguhan buatku.” Mata hesti berkaca-kaca menatap cincin mainan ditangannya. “ Terkadang, saat aku merindukanmu. Ku pakai cincin ini di jari kelingkingku. Karna hanya di jari itu yang cocok saat ini”.

Pengakuan Hesti sangat mengejutkan Ryan. Dia tidak pernah menyangka sebesar itu cinta Hesti padanya. Sekarang, apa yang bisa dia lakukan. Akankah dia memperjuangkan cintanya atau merelakan wanita yang dicintainya hidup dengan sahabatnya. Dan itu artinya dia akan kehilangan Hesti untuk selamanya. “Hesti”. Ucapannya terhenti. Tak ada kata lain yang mampu Ryan katakan.

Ryan memeluk Hesti dengan erat. Mungkin dia tak ingin seorangpun yang mengambilnya dari dia. Atau malah dia merasa ini adalah terakhir kali bertemu dengan Hesti.

* * *

Terlihat Hesti membolak-balik undangan pernikannya dengan Irul. Dengan mengendap-endap Irul mendekati Hesti yang setengah melamun. Dilihatnya Hesti penuh taya, ada apa sebenarnya Hesti.

“ Sayang melamun? Ada yang mengganggu pikiranmu sayang?. Aku perhatikan akhir-akhir ini kamu sering melamun. Kamu gak bahagia dengan pernikahan kita?. Kamu keberatan dengan pernikahan ini?. Sepertinya ada yang kamu simpan Hesti. Pernikahan itu sacral, pernikahan bukan mainan Hesti, dan rumah tangga harus dijalin dengan keterbukaan. Ceritakan padaku sayang jika ada yang mengganggu pikiranmu. Aku sedih melihatmu seperti ini. Kamu jadi sering bengong, jarang tersenyum, bahkan kamu tak selincah dulu. Ada apa Hesti? Ada apa? “. Irul bertanya setengah memaksa. Mencoba membaca apa yang disembunyikan Hesti.

Tubuh Hesti menggigil, darahnya seolah berhenti mengalir, keringat dingin mengucur di sluruh tubuhnya. Mata Hesti terasa panas, kemudian mengembun dan tumpahlah airmatanya. Harus mulai darimana ia menyampaikan ke pada Irul, haruskah ia menusukkan pisau yang tajam di hatinya yang penuh cinta. “ Rul, jika ada sepasang kekasih saling mencintai. Wajibkan mereka menyatukan cintanya? “. Tanyanya ragu. Ditatapnya Irul yang wajahnya berubah menjadi pucat pasi.

“Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu sayang?”. Irul merasa aneh dengan pertanyaan Hesti. Apa ini ada kaitannya dengan hubungannya. Irul tak mengerti.

Digenggamnya tangan Irul, di tatapnya lekat-lekat mata Irul yang menyimpan keteduhan. “Rul, ayo lah jawab dulu pertanyaan ku”.

“ Wajib hukumnya jika saling mencintai harus memperjuangkan cintanya”. Jawab Irul kuat.

“Wa….lau itu menyakiti orang lain?”. Tanya Hesti ragu-ragu.

Irul sepertinya mulai mengerti kemana arah obrolannya. Memang betul ada yang disembunyikan Hesti. Jika dia harus tersakiti, dia ikhlas asalkan Hesti bahagia.

“ Iya, walau itu menyakiti orang lain. Karna akan lebih sakit hidup bersama orang yang tidak mencintai kita. Hesti, jawab dengan jujur. Apa kamu juga mencintai Ryan? “ Pertanyaan Irul mengalir begitu saja. Entah tebakan dia benar atau tidak, yang pasti itu yang terbaca dari raut wajah Hesti.

“ Irul, sesungguhnya aku telah mengenal Ryan sejak kami di Lampung, sejak kecil kita mengenal. Ma’afkan…aku Rul, aku telah berbohong padamu.” Detak jantung Hesti semakin kencang tak terkontrol. Rasa takut dan cemas menjalar kesekujur tubuhnya. Menerka hal apa selanjutnya yang akan Irul lakukan padanya setelah tau hal itu. Hesti semakin erat mengenggam jari jemari Irul. Seolah memohon agar ia tak marah.

“ Lepaskan aku Hes!” ditariknya tangan Irul yang erat tergenggam Hesti. “ Aku sangat kecewa Hes dengan mu. Kamu mempermainkan perasaan ku”. Suaranya menggelegar, Hesti tertundung dengan airmata yang terus-terusan membanjiri pipi tembemnya.

Irul kini telah berdiri di hadapannya, digoncangnya tubuh Hesti. “Lihat aku Hesti, pandang mata ku”. Tak hentinya Irul menggoncang-goncangkan badan Hesti. Semakin histeris tangis Hesti. Nasi telah menjadi bubur,terlanjur ia menyampaikan hal itu pada Irul. Dengan mata sembab dan sayu masih dengan linangan air mata, Hesti mencoba menatap mata Irul. “ Jadi, kamu adalah cinta masa kecil sahabatku yang selama ini dia cari”. Hesti hanya bisa mengangguk pelan.

Irul merebahkan tubuhnya di bangku yang tadinya di pakai duduk dengan Hesti. Diremasnya kepalanya seolah dengan sekuat tenaga ingin melepaskan benaknya dari tempurung kepalannya. Agar ia tak merasakan ini semua. Tapi hatinya masih hidup, hatinya lebih perih dan hatinya lebih bisa merasakannya. Tuhan, alangkah salahnya diriku jika menghalangi cinta mereka. Bisik hati Irul menyalahkan dirinya sendiri. Lalu bagai mana dengan cintaku Tuhan?. Apakah benar mereka bilang tak seelamnya cinta itu berbalas cinta?. Apakah benar jika kita mencintai harus rela melihat orang yang kita cintai bahagia?walau dengan orang lain?. Ia hanya mampu bertanya-tanya dalam hatinya. Mungkin benar kata mereka. Toh Ryan sahabat baikku, dia pasti mampu menjaga Hesti untukku. Hummm…bukan untukku tapi untuk cinta mereka. Irul mencoba memantabkan untuk mencari jawaban. Tuhan, jika ini jalan yang terbaik untuk semuanya. Aku relakan pengorbananku karnamu ya Allah ya Rob.

“Hes, seberapa besarkah cintamu pada Ryan?”

“Tak akan pernah tergambarkan dengan apa pun Rul, aku sangat mencintainya”.

Irul tersenyum tipis, di basuhnya air mata yang masih tersisa di tepi mata indah Hesti.

“ Kembalilah padanya Hesti, kamu berhak mendapatkan cintamu. Kamu berhak bahagia dengan orang yang kamu cintai. Insyaallah Ryan terbaik buatmu.” Irul mencoba melepaskan perih dihatinya. Terasa berat, tapi ia yakin hal ini akan membaik.

Hesti masih tak percaya dengan perkataan Irul. Sungguh ia tak pernah menyangka, Irul bisa sebijaksana ini. “ Tapi undangan ini?” diambilnya undangan yang tergletak di atas meja. “Pernikahan itu akan tetap berjalan”. Sontak Hesti tercekat. Kepalanya menengadah kearah Irul, mulutnya terbuka namun tak satu katapun yang mampu ia lontarkan. “ Iya Hesti, pernikahan itu akan tetap berjalan. Dengan waktu & tempat yang sama. Dengan perempuan yang sama. Tapi … bukan dengan ku, Ryanlah yang pantas mendampingimu. Orang yang kamu cintai dan mencintaimu penuh seluruh”.

Mata Hesti berkaca-kaca sungguh dia merasa lega dan bahagia, rahasia yang membebani jiwanya kini telah tumpah dan semua baik-baik saja. Walau ada salah satu harus menjadi korbannya, yaitu Irul. Jauh di relung hatinya ia berkata ma’af yang sangat mendalam. ‘ma’afkan aku Rul’. Di peluknya Irul, dengan tangis yang memuncak. Kali ini bukan tangis ketakutan, tangis bahagialah yang tersisa. “ Thanks ya Rul, kau memang malaikat yang sangat baik. Ryan tidak salah memilihmu menjadi sahabatnya. Kamu begitu bijak sana. Ma’afkan aku selama ini yang telah menyakitimu. Ma’afkan aku Rul…”

Diusapnya rambur Hesti perlahan. Hati Irul terasa begitu nyeri. Dia bimbang dengan perasaannya sendiri. Haruskah aku bahagia atau bersedih dengan semua ini. Tuhan jalan hidup seperti apa yang Kau gariskan untukku? Rahasia apa lagi yang akan Kau siapkan untukku. Ku pasrahkan hidupku hanya pada Mu.


kurelakan dia wahai sahabatku
bila kau sunguh mencintainya
tolong jaga dia wahai sahabatku
jangan sampai hatinya terluka… seperti hatiku

tetap tersenyum walau hatiku terluka
menjadi bijaksana dengan pengorbanan cinta

tenang sahabatku aku takan membunuhmu
bisikan hatiku mencoba tuk memafkanmu

(New Days, Dia Milik Sahabatku)

The And

3 komentar:

  1. Pergolakan dalam ceritanya bagus mba. Kayanya klo di jadikan Novel tambah bagus nih mba, like this
    mba minta komentarnya ya di artikelku yang ini :
    http://tulisyams.blogspot.com/2013/06/ganlob-menurutku-adalah.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima Kasih Syams Siddiq sudah berkenan berkunjung ke Blogku. Tulisan ini aku buat saat baru belajar nulis. Hehehehe iseng-iseng saja.
      Untuk ke Novel, belum sempet nulis. Semoga saja kedepannya nanti bisa. :)

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus