Sabtu, 11 Juni 2011

PAINTINGS IN DREAMS


Seorang laki-laki berbadan agak kurus namun memiliki aura smart yang menjadikan setiap wanita tergoda olehnya, terlihat menyisingkan lengan kemejanya. Sesekali dia mengamati lukisan-lukisan yang berjejer tak beraturan. Entah karna pemiliknya malas menyusunnya atau memang itu sengaja karena mengandung unsur seni. Hanya pemiliknya yang tau. Tiba-tiba tatapannya berhenti pada satu lukisan yang belum terselesaikan. Lukisan itu terlihat sosok perempuan, wajahnya masih samar, rambutnya tergerai panjang menutup dadanya disebelah kanan. Sayang dia tak bisa menerka lukisan siapa yang tergambar. Karna memang masih butuh 75% untuk menyelesaikan lukisan itu. Masih terus dan terus dia mengamati lukisan perempuan itu. Hingga dia tak menyadari pemilik lukisan itu menghampirinya.

Rom, dah lama disini? “ Samsul pemilik lukisan itu mengagetkan Romi yang masih berdiri di hadapan lukisan perempuan yang masih bstrak.

“ Sorry Sam, aku langsung masuk kesini. Soalnya kata bik Minah kau masih mandi. “ Romi merasa tak enak karna tanpa izin masuk keruangan seni Samsul.

“ Ah…kau Rom tak apa kok, biasanya kan aku jaga ngajak kau masuk kesini. “ Samsul mencoba menepis rasa sungkan Romi.

Romi tersenyum, sepertinya agak malu karna isi hatinya bisa dibaca Samsul.

“ Aku sudah berkali-kali masuk ruangan ini tapi baru kali ini aku Sam, terpesona tapi lebih tpatnya aku penasaran sama lukisan ini.” Romi menunjuk lukisan perempuan yg masih 25% tergambar. Yang menyita perhatiannya sepanjang di ruangan itu.

Sam tersenyum dan mendekat kearah Romi yang berada di dekat lukisan misterius itu.

“ Ini lukisan terbaru ku Rom. Memang belum selesai, makanya tak jelas.”

Sepertinya jawaban Samsul belum bisa diterima otak Romi, yang ingin dia tau bukan lukisan itu sudah selesai atau belum. Karena dia memang tau lukisan itu belum selesai.

“ Yang aku bingungkan itu, siapa yang ada dalam lukisan ini Sam? Gak biasanya kau melukis seorang perempuan.” Romi mencoba mencari jawaban yang ada di benaknya.

“ Dia adalah mimpiku.” Jawab Samsul singkat. Yang semakin membuat Romi bingung. Kali ini bukan jawaban yang dia terima namun pertanyaan lagi yang muncul dibenaknya. Sekarang bertambah beribu-ribu pertanyaan di otaknya. Mulai dari siapa perempuan itu, apa maksud ‘dia adalah mimpiku’. Mungkin samsul belum ingin cerita kali ini. Batin Romi mencoba memahami.

“ Oke bro, aku tunggu cerita kau. Kapan pun itu.” Romi mengembangkan senyumnya.

“ Oya, Sam pekan depan ada pagelaran seni lukis di Gedung Seni Raden, pesertanya dari semua kalangan. Kalau kau ingin lukisan kamu dipasang dalam pagelaran itu, kau bisa bilang sama aku. Nanti biyar aku sampaikan ke Om Danu yang menyeleksi lukisan yang masuk. Ini kesempatan baik untuk mengembangkan bakat seniman mu Sam. “

Sam tak berkomentar tentang apa yang disampaikan Romi, dia hanya mengamati lukisan-lukisan yang berada dalam ruangannya. Dalam benaknya apa mungkin lukisan-lukisannya ini ada peminatnya. Sepertinya tak seorang pun akan sudi melihat lukisan ku. Apa mungkin juga seniman gadungan seperti aku bisa menjadi seniman hebat. Terlalu mimpi sebenarnya.huff…

“ Aku fikirkan dulu Rom, aku gak siap kalau lukisan ku nanti ditolak. “ jawab Samsul pesimis.

“ Sam, seorang seniman hebat dulunya juga seniman kecil. Tapi karena mereka mau berusaha dan yakin mampu menjadi seniman hebat mereka bisa berubah. Dan aku yakin kau juga mampu menjadi seniman hebat.” Romi mencoba membangkitkan semangat Samsul.

“ Thanks ya Rom, kau sudah percaya pada ku.”

Romi dan Samsul adalah dua sekawan dari SD, walau derajat diantara mereka tak setara namun tak menjadikan itu sebuah alasan untuk tak bersahabat. Persahabatan mereka sangat kental, tak seorangpun mengira mereka hanya bersahabat. Orang yang tak begitu mengenal mereka akan menganggap bahwa mereka adalah adik kakak. Mereka memiliki kemiripan di bagian mata, mata mereka sama-sama tajam,tak ada satupun orang yang bertahan lama bertatapan dengan mereka. Romi tumbuh di keluarga terhormat yang serba berkecukupan, kasih sayangnya pun lengkap dengan kehadiran ayah dan ibunya yang sangat mencintainya, karna memang anak semata wayang. Bahkan kini dia telah mewarisi perusahaan ayahnya. Berbeda dengan Samsul diusianya ke 10 tahun dia harus rela melihat ayahnya berhenti bernafas, dia dibesarkan seorang wanita super yang berjuang memberikan pencerahan untuk masa depan Samsul. Namun takdir berkata lain, ketika Samsul mulai masuk perguruan tinggi kuliyahnya harus berhenti karena ibunya tak kuat lagi membiayai kulyahnya. Tak lama dari dia berhenti kuliah, Ibu Samsul tewas dalam kecelakaan tragis, Taxi yang di tumpanginya masuk jurang.

Disinilah ketegaran Samsul diuji. Dia harus hidup sebatang kara, melalui hobynya lah dia tuangkan segala masalah dan kegundahan jiwanya, hingga menjelma menjadi lukisan yang indah.

*****))))*****

Seorang wanita sehat dan langsing, sedang asik dengan bunga-bunga yang ada di hadapannya. Satu persatu mulai bunga-bunga itu dipilih. Mulai dari warna merah, ungu, putih hingga kuning bunga aster di ambilnya. Tak lama kemudian, bunga-bunga itu dimasukkan keranjang dan dirangkainya menjadi rangkaian bunga yang indah.

Dari kejauhan terlihat Samsul yang mengamati gerak-geriknya, si wanita nan sehat dan langsing melihat Samsul dan tersenyum. “ kau mencari sesuatu?” kata si wanita.

Kringat dingin mengucur deras dari sekujur tubuh Samsul, Waktu semakin mencekik gelapnya malam.

“Sial, lagi-lagi aku mimpi wanita itu. Siapa dia sebenarnya? Apa maksud dia slalu hadir dalam mimpiku. Bahkan sebelumnya tak pernah aku bertemu dengannya. Slalu orang yang sama. “ Samsul mencoba menarik nafas dalam secara perlahan, di hembuskannya secara perlahan seakan gundah yang dia rasakan ikut lepas bersama hembusan nafasnya.

BERSAMBUNG.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar