Perbedaan
selalu saja menjadi pilar penghalang. Mereka bilang perbedaan itu harmoni,
perbedaan yang membawa sumber keindahan. Tapi, kali ini harmoni itu tidak
berpihak pada kita. Harmoni itu terlalu sulit untuk mendapatkan titik pengakuan
dalam nada sebuah lagu. Dan ada kalanya harmoni itu hancur sebelum menemukan
nada yang pas.
Orang tuamu bukan satu-satunya kesalahan yang menyebabkan kita tak bersama. Entahlah, kenapa slalu sulit untuk cinta yang punya latar belakang keyakinan yang berbeda. Awalnya aku dan kamu telah sepakat untuk saling menghargai keyakinan kita masing-masing. Selama ada cinta, semua akan berjalan semestinya. Kita akan belajar saling menghargai dan mendukung.
Hubungan yang semula baik-baik saja tiba-tiba berantakan oleh ide konyol ayahmu. Aku tak habis fikir, di dunia modern seperti sekarang masih terlintas menjodohkan anaknya. Oh, betapa tersentaknya aku mendengar bahwa ayahmu melakukan itu karna aku tak seagama denganmu.
"Aida, sungguh aku mencintaimu. Aku tak ingin menikah dengan orang yang tak aku cintai" katamu sehari sebelum acara pernikahanmu.
"Andreas, jika kamu mencintaiku. Pergilah bersamaku. Kita pergi dari kota ini. Kita tinggalkan semua dan kita hidup bersama. Jika kamu sanggung. Aku tunggu di sini besuk pukul lima pagi" Ucapku tegas setengah menahan air mata.
"Iya, tunggulah aku Aida. Aku akan datang ke sini untuk kamu dan untuk cinta kita". Genggaman tanganmu terasa hangat merasuki jemariku. Terasa berat tapi penuh keyakinan.
Keyakinan yang tak ku temukan di sudut tempat ini kini. Aku duduk tergugu dengan isak tak terhenti. Hari berhimpit petang tak kudapati kamu menjelma di hadapanku. Kamu tak menepati janjimu. Kamu mengakhiri cinta kita seperti ini. Tiada pilihan kecuali aku beranjak bangkit dengan keterpurukan meninggalkanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar