Rutinitas yang bejibun membuatku memiliki waktu yang super duper terbatas untuk meluangkan waktu membaca atau pun berjelajah di dunia maya. Dan kali ini cukup lelah rasanya, setelah dari pukul 06.00 sudah on air hingga jelang pukul 19.00 baru pulang dari bimbel sungguh menguras banyak tenaga. Melihat blog-blog Bunda Icha yang di cantumkan dalam Give Away dalam catatap FB-nya membuatku berhenti dan menunda persiapan pulangku. Kutelusuri satu demi satu blog yang tercantum hingga terdampar dalam blog
http://nyonyafrischmonoarfa.blogspot.com/2013/02/kisahku-sungguhkah-privasiku.html
Judul tulisan ini lah yang menghipnotisku
Kisahku: Sungguhkah Privasiku sudah dilanggar?
Ini Copas tulisannya :
Semalam ketika aku tiba di rumah, aku sangat terkejut
melihat tumpukkan buku dan surat-surat yang berantakan di kamar. Tiba-tiba
kelelahan menjadi bertambah. “Ada apa sih?” tanyaku dalam hati. Yang rapih
hanya surat-surat penting seperti surat nikah, akte kelahiran, ijazah dan
beberapa lembar surat penghargaan karena semua ada dalam satu document keeper.
Beberapa foto bertaburan di tempat tidur.
Suamiku tanpa dosa dan ringan saja mengatakan,” Rak buku
kamu saya rapihkan. Kelihatannya ada beberapa kertas yang tidak perlu dan bisa
dibuang. Jujur aku agak marah padanya. Karena aku menemukan rak bukuku sudah
“di acak-acak!” Semua buku di rak di turunkan lalu di tumpuk entah berdasarkan
apa. Juga negative foto dan foto-foto dokumentasi anak-anak serta dokumentasi
perjalananku di tumpuk jadi satu dalam sebuah kardus.
Barangkali anda akan menuduhku tidak tahu diri, di bantu kok
malah kesal. Aku bukan tidak mau di bantu. Kalau suamiku mau membantu silahkan
saja tapi bersama-samaku, jangan saat aku tidak ada. karena aku jadi merasa
asing dengan rak buku itu. Aku pasti memerlukan waktu lebih lama jika akan
mencari buku yang kuperlukan atau yang ingin kubaca.
Suamiku mencoba menghiburku dengan memperlihatkan foto-foto
anak sewaktu bayi dan berkomentar, “Lucu sekali yah. Tapi kok aku tidak tahu
kapan foto ini diambil?’ Aku tidak mau menjawab dan meninggalkan suami. Aku
milih langsngung kekamar mandi. Membasahkan tubuh mulai dari ujung rambut
berharap kepala ini bisa menjadi lebih dingin dan terus ke hati, sehingga aku
bisa lebih tenang.
Sambil mandi, benakku tak berhenti berpikir. ”Apa sih tujuan
Suamiku merapihkan rak buku ?” pikirku dalam hati. Sebenarnya tidak ada yang
aku takutkan atau khawatirkan. Toh antara aku dan Suami tidak ada rahasia
apa-apa. Cuma rasanya tidak rela, ini sedikit menyangkut masalah privasi!
Dalam kamar mandi kudengar gelak tawa Suami bersama kedua
buah hati kami Bas & Van. Pasti mereka tengah melihat foto. Aku jadi
tersenyum. Melihat dokumentasi yang merekam gambar perjalanan hidup anak-anak
memang menyenangkan. Tapi tidak berarti aku menjadi tidak kesal. Karena kesalku
tetap ada!
Aku tidak mau melihat rak buku, di kamar aku langsung naik
dan rebahan ditempat tidur. Bas dan Van masuk, ikut naik di sampingku. Keduanya
memeluk dan mencium. Sesaat rasanya amat bahagia.
”Mama lelah yah?” tanya Bas sambil tidak melepaskan
pelukannya dari tubuhku. Seperti biasa Van mengulang pertanyan yang sama.
”Mama lelah yah?” tanya Van.
”Iya” jawbku. Tiba-tiba Suamiku masuk ke kamar dan berseru:
”Papa ikut yah! Papa kan juga mau dekat-dekat Mama!” Ujar Suamiku sambil duduk diujung tempat
tidur. Kubisiki telinga Van untuk mengatakan tidak! Kontan Van berteriak ”
Tidak boleh! Ini Mama aku tahu!’ ujar Van.
”Yeah..... ini Mama aku juga” kata Bastiaan.
”Punya papa juga dong!” ujar Suami lagi
Ketiganya berteriak dan beradu mulut karena kini si Papa
sudah menggelitik Bas dan Van, sehingga aku yang berada ditengah, terjepit. Aku
menari nafas panjang dan berdoa ’Tuhan beri aku kesabaran seluas samudra!” Ini
adalah sepotong doa yang selalu aku ucapkan kala rasa kesal sudah sampai
diubun-ubun.
Aku tidak bereaksi hanya menghindar saja dari gerakan kaki
dan tangan anak-anak. Pelan-pelan keluar dari ”ajang smack down”. Ku tinggalkan
kamar dan nongkrong depan tv di ruang tamu. Silih berganti chanel kutekan, tak
ada satupun yang masuk dalam pemikiranku. Benakku masih penuh tanda tanya mengapa
rak bukuku dibongkar?
Aku mencoba berpikir dari sisi yang lain, mencoba mengetahui
mengapa aku harus marah! Ini rumah kami bersama dan di rak itu pun semua milik
bersama. Sesungguhnya tidak ada alasan untuk aku marah.
Privasi? Ya, aku merasa privasiku terganggu. Atau hanya
perasaan tidak nyaman karena selama ini, rak buku aku yang menyusun. Sehingga
tersusun atau teratur berdasarkan standar ukuranku? Mungkin saja. Memang
buku-buku itu lebih banyak koleksiku karena sebagian besar adalah buku-buku
yang aku miliki sebelum menikah. Ketika aku pindah dari rumah orang tuaku,
semua barang pribadi termasu buku-buku aku bawa serta. Sedangkan seingatku,
suamiku memang tidak membawa apa-apa karena itu sebagian barang pribadinya
masih berada di rumah orangtuanya Bogor.
Aku menghembuskan nafas panjang mencoba kompromi dengan
perasaanku sendiri. Aku tidak ingin berkonfrontasi dengan suamiku. Toh dia
tidak punya salah apa-apa dan mungkin bermaksud baik. Aku berdiri dan berjalan
menuju rak buku. Aku terdiam hanya memandang rak yang rapih dan bersih.
Perlahan kuambil sebuah amplop surat dari tumpukan kertas di kardus. Sebuah
surat lama yang ditujukan untukku..
Ku buka dan kubaca. Aku tersenyum, sebuah surat cinta yang
berisi puja dan puji untukku. Tertanggal 20 Desember 1987. Tiba-tiba Suamiku
sudah muncul di depanku sambil memegang kardus berisi foto-foto.
”Ini harus di atur, supaya jangan rusak!” Ujarnya. Aku tak
menjawab hanya memandangnya.
”Surat cinta yah?” tanya Suamiku datar.
”Yang pasti bukan dari kamu!” Jawabku
’Tidak penting, sekarang kamu istriku!” Jawab Suamiku
santai. Ia meletakan kardus di samping kaki, lalu memelukku. Aku menyembunyikan
wajahku di perutnya.
”Kamu kesal, aku mengobrak-abrik hartamu?” bisiknya pelan di
telingaku. Aku diam. Batinku masih berperang. Suamiku melanjutkan lagi. Aku
menemukan banyak naskah cerpenmu. Aku tahu itu hartamu. Aku tersentak.
”Cerpen apa?” tanyaku
”Naskah-naskah cerpen yang kamu tulis belasan tahun lalu”
Ujarnya tanpa melepaskan pelukan. Aku bisa mendengar detak jantungnya yang
teratur, tiba-tiba detakan itu terasa indah ditelingaku.
”Aku minta maaf, kalau kamu kesal. Aku tadi mencari buku
kwitansi yang seingatku ada di rak itu. Karena tidak terlihat, aku terus mencari,
tahu-tahu aku menemukan banya hartamu dan ketika tersadar semua sudah
berantakan!’ Suami mengaku.
Aha....Suamiku baru saja melakukan pengakuan dosa. Jadi
tujuan utmanya bukan merapihkan buku-bukuku. Ia hendak mencari buku kwitansi.
Sekarang semua menjadi jelas. K dengar Papa (Suami) berkata:
”Aku tidak membaca
surat-surat dan buku harianmu…
”Ha, Buku harian apa?” potongku terkejut. Karena seingatku
aku sudah membakar semua buku harianku. Suamiku mengangsurkan satu buku kecil
bergambar snoopy sedang memegang balon berbentuk hati. Aku langsung mengambil
dan membacanya.
Ku buka halaman pertama, November 1987 Aku terus membaca,
entah mengap air mataku mengalir. Ketika lembar berikutnya kubalik, ada nama Suamiku
di sana. Aku mengangkat wajah dan menatapnya lalu bertanya: “Jujur Pa, kamu
baca atau tidak buku ini?” tanyaku
Air mukanya biasa saja dan Suamiku menjawab ringan. ”Kamu
tahu, aku tidak suka campur dengan urusan orang!’
“Aku tanya, Papa baca atau tidak buku ini?” desakku.
Sebenarnya tidak ada kejutan apa-apa, Cuma aku ingin tahu, apakah samiku tertarik
ingin mengetahui yang aku di masa kami masih berpacaran?
“Sudahlah, aku lapar nih!” Ujarnya sambil meninggalkan aku.
Sebelum tubuhnya hilang di balik pintu, Suamiku berbalik dan tersenyum lalu
berkata, ”Apa kabar Mr. Amerika (Nama disamarkan) dan Mr. Australia (Nama
disamarkan) yah? Tanyanya. Aku hanya bisa tertawa ngakak ”Awas ya Pa!” seruku.
Dua nama itu adalah dua nama yang juga ku tulis dalam diary ini.
Kekesalanku sudah berkurang dan kami makan malam bersama
sambil membicarakan kejadian hari ini serta tingkah pola Bas dan Van. Sebelum
pukul sembilan, aku sudah menggiring Bas dan Van ke kamar mandi untuk cuci kaki
dan gosok gigi. Suamiku masih menonton tv saat aku di tempat tidur bersama
kedua anakku. Sambil berbaring disamping Van yang asyik memilin-milin rambutku,
aku berpikir masih perlukah aku kesal? Atau sungguhkah privasiku telah
dilanggar? Atau inikah sebenarnya rasa
cinta diantara kami?
Alasan memilih dan membaca artikel ini :
Karena kutemukan kata kunci yang membuatku tertarik (Privasi, Masa lalu, Kesabaran)
Karena kutemukan kata kunci yang membuatku tertarik (Privasi, Masa lalu, Kesabaran)
Dan aku paling suka kata-kata ini : "Tuhan beri aku kesabaran seluas samudra!”
Ceritanya begitu mengalir sehingga seperti membaca cerpen.
Nilai/teladan apa yang di dapat dari tulisan tersebut:
Ceritanya begitu mengalir sehingga seperti membaca cerpen.
Nilai/teladan apa yang di dapat dari tulisan tersebut:
-Menahan amarah
-Mempertahankan kesabaran
-Mempertahankan kesabaran
-Berfikir positif
-Berfikir panjang dengan berbagai sudut pandang
Satu lagi yang penting, bisa membuatku bersiap memusnahkan kenangan yang telah lalu sebelum menikah. Besok pas libur bongkar-bongkar ah.... ^___^
Apa pedapat Aku terhadap blog-blog tersebut:
Blog yang berisi hal-hal yang menarik dan bermanfaat buat pembaca pastinya...
Dari segi tampilan...lebih bagus dari pada blog punyaku. :P
Dari segi tampilan...lebih bagus dari pada blog punyaku. :P
Apa pendapatku/kesanku terhadap pemilik blog:
Bunda Icha adalah Wanita, Istri, dan Ibu yang hebat. Berkeluh kesah padanya selalu mendapatkan saran yang pas dan menenagkan banget, banget pokoknya.
Di ikut sertakan pada Elisa Koraag's Give Away dan link-kan pada informasi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar